(Pustaka Fisika). Apakah yang anda pikirkan jika memandang dikejauhan angkasa raya? Angkasa raya yang luar biasa luas yang tampak tak bertepi. Kemanapun arah kita memandang semuanya tampak sama saja, sama-sama tak bertepi. Tetapi apakah benar demikian? Benarkah alam raya tak bertepi? Dimanakah batas alam raya kita?
Pertanyaan ini telah lama menjadi bahan renungan para Saintis dunia, khususnya para ilmuwan yang mengkhususkan kajiannya dalam bidang angkasa raya (astronomi atau kosmologi). Dengan menggunakan gabungan dari seperangkat Teori Relativitas Umum dan prinsip-prinsip yang ada dalam kosmologi, para ilmuwan selanjutnya mengajukan beberapa hipotesis diantaranya; geometri keadaan Ruang-Waktu dari alam semesta berbentuk tertutup menyerupai gambaran sebuah bola.
Gambar: Alam semesta tertutup (darkenergy.narod.ru)
Atau bisa juga alam semesta kita malah terbuka seperti pelana kuda, atau bahkan dugaan yang lebih sederhana yaitu terhampar seperti kertas. Kelihatannya, para ilmuwan terpecah kedalam kedua kubu, yakni ilmuwan yang berpendapat bahwa alam semesta terbatas (menyerupai bola), dan ilmuwan yang menganggap alam semesta kita tak berbatas (pelana kuda dan kertas).
Gambar: Alam semesta pelana kuda (web.uvic.ca)
Gambar: Ekspansi semesta pada model kertas
Perbedaan yang paling mendasar antara kedua teori tersebut adalah bahwa alam semesta kita terbatas dan tidak terbatas. Jadi jika ada objek yang berkecepatan seperti cahaya yang melakukan perjalanan dengan lintasan lurus melintasi alam semesta, maka keadaan yang ditemui dari kedua jenis gambaran alam semesta itu sangat berbeda. Seandainya saja alam semesta kita seperti gambaran yang pertama, maka objek yang melintas tersebut akan menemukan kembali titik dimana dia pertama kali berangkat. Tetapi, jika gambaran yang kedua atau yang ketiga dari alam semesta yang terjadi, maka objek yang melintas tersebut tidak akan pernah bertemu dengan titik semula.
Jadi kira-kira gambaran yang mana dari sebenarnya alam semesta kita? Apakah terdapat cara untuk menentukan secara meyakinkan bahwa alam semesta kita terbatas atau tak terbatas? Tetapi satu hal yang menyatukan kedua pendapat ini adalah mereka sama-sama mendasarkan pendapat mereka pada fokus kajian yang sama yakni tingkat kerapatan dari materi alam semesta dan juga tentu saja adanya perbedaan suhu pada ketiga gambaran tersebut. Ada dalil-dalil tertentu mengenai tingkat kerapatan ini, yakni jika kerapatan materi lebih besar dari suatu nilai kritis atau yang dikenal sebagai kerapatan kritis, maka geometri alam semesta haruslah tertutup. Tetapi jika kurang dari nilai tersebut, bentuk alam semesta haruslah terbuka. Atau jika kerapatan materi itu sama dengan kerapatan kritis, maka alam semesta kita terhampar menyerupai kertas.
Tampaknya, perdebatan ini akan masih sangat lama berlangsung dengan belum ditemukannya bukti kuat yang bisa mendukung salah satu dari kedua pendapat tersebut (tertutup atau terbuka). Konsekuensi lain dari keduanya adalah mereka juga berbeda dalam meramalkan bagaimana keadaan akhir dari alam semesta kita. Keadaan dimana alam semesta mulai runtuh kembali atau berhenti berekspansi hanya jika alam semesta kita seperti gambaran yang pertama. Tetapi, jika gambaran yang kedua yang terjadi, maka alam semesta kita akan berekspansi terus menerus tanpa akhir atau dengan kata lain alam semesta tak mempunyai akhir.