(Pustaka Fisika). Sir Issac Newton pada umumnya diakui sebagai ilmuwan terbesar yang pernah ada. Satu-satunya pengecualian barangkali hanya Albert Einstein Si Manusia Relativitas. Newton adalah orang pertama yang berhasil memberikan perhitungan yang sangat akurat mengenai pergerakan bumi di ruang angkasa, dan mengenai cara kerja sistem planet-planet, di mana bumi merupakan salaj satu bagiannya.
Setelah umat manusia hidup di atas permukaan bumi selama ratusan ribu tahun tanpa memahami hakikat rumah mereka di jagat raya semesta, akhirnya Newton berhasil menyingkap tabir rahasia itu. Inilah penyingkapan rahasia yang sangat unik dalam sejarah umat manusia. Hal ini yang membuat Alexander Pope sang penyair melukiskannya dalam syairnya yang terkenal “Alam serta hukum-hukumnya tersembunyi dalam gelap malam; Lalu Tuhan bersabda, Terjadilah Newton, lalu segalanya terang benderang”.
Dan bukan hanya rahasia semesta yang berhasil disingkapkan oleh Newton. Hukum-hukumnya juga berlaku pada gerak semua objek yang ada di muka bumi. Ia berhasil menyempurnakan ilmu statistika dan dinamika. Penerapan hukum-hukum Newton melalui teknologi memungkinkan terjadinya Revolusi Industri, yang kemudian secara ajaib berhasil mengubah wajah bumi.
Konsekuensi karya Newton terhadap filsafat amat besar. Sejak saat itu, para filsuf harus sungguh-sungguh memperhitungkan sains yang baru itu. Semua gambaran tentang realitas harus terangkai secara masuk akal, realitas sebagaimana dinyatakan oleh sains. Lebih jauh lagi, segala pembahasan tentang hakikat pengetahuan, cara mencapai pengetahuan, dan dasar-dasar pengetahuan harus sejalan dengan sains untuk dapat dipercaya.
Sejauh berkaitan dengan sains, kekuasaan Gereja maupun Negara dapat dikatakan tidak berlaku. Kebenaran tidak bergantung pada apa yang mereka katakan. Kebenaran harus dicari melalui metode-metode yang bekerja terlepas dari kekuasaan-kekuasaan seperti itu. Orang pun mulai mempertanyakan dasar-dasar kepercayaan mereka. Bila gerak semua benda di angkasa ternyata mengikuti hukum-hukum ilmiah, lantas bagaimana dengan tubuh kita sendiri? Apakah semua geraknya juga mengikuti hukum-hukum alam? Jika ya, apakah ini berarti bahwa tidak ada namanya kehendak bebas? Apakah ini berarti tidak ada yang namanya moralitas? Dan bila sains kini bisa memberikan penjelasan yang benar-benar lengkap dan akurat tentang seluruh fenomena fisik, apa gunanya masih tetap percaya kepada Tuhan?
Selama lebih dari seratus tahun setelah Newton, beberapa filsuf bersar juga membuktikan diri mereka sendiri untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti ini. Bagaimana kepercayaan pada Tuhan dapat didamaikan dengan sains? Bagaimana moralitas dapat berfungsi dalam sebuah dunia yang diatur oleh hukum-hukum ilmiah? Bagaimana mungkin ada kehendak bebas dalam sebuah alam semesta yang serba deterministik? Karya Newton tidak hanya memberikan pekerjaan bagi sains pada zaman berikut, namun juga bagi filsafat.
Referensi:
Bryan Magee. The Story of Philosophy: Ed Indonesia. Kanisius: Yogyakarta.